Thursday, November 26, 2009

Di Antara Tanda Ikhlas: Berusaha Menyembunyikan Amalan Sholih ( II )

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْجَاهِرُ بِالْقُرْآنِ كَالْجَاهِرِ بِالصَّدَقَةِ وَالْمُسِرُّ بِالْقُرْآنِ كَالْمُسِرِّ بِالصَّدَقَةِ

“Orang yang mengeraskan bacaan Al Qur’an sama halnya dengan orang yang terang-terangan dalam bersedekah. Orang yang melirihkan bacaan Al Qur’an sama halnya dengan orang yang sembunyi-sembunyi dalam bersedekah.”[11]

Setelah menyebutkan hadits di atas, At Tirmidzi mengatakan, “Hadits ini bermakna bahwa melirihkan bacaan Qur’an itu lebih utama daripada mengeraskannya karena sedekah secara sembunyi-sembunyi lebih utama dari sedekah yang terang-terangan sebagaimana yang dikatakan oleh para ulama. Mereka memaknakan demikian agar supaya setiap orang terhindar dari ujub. Seseorang yang menyembunyikan amalan tentu saja lebih mudah terhindar dari ujub daripada orang yang terang-terangan dalam beramal.”

Yang dipraktekan oleh para ulama, mereka sampai-sampai menutupi mushafnya agar orang tidak tahu kalau mereka membaca Qur’an. Ar Robi’ bin Khutsaim selalu melakukan amalan dengan sembunyi-sembunyi. Jika ada orang yang akan menemuinya, lalu beliau sedang membaca mushaf Qur’an, ia pun akan menutupi Qur’annya dengan bajunya.[12] Begitu pula halnya dengan Ibrohim An Nakho’i. Jika ia sedang membaca Qur’an, lalu ada yang masuk menemuinya, ia pun segera menyembunyikan Qur’annya.[13] Mereka melakukan ini semua agar amalan sholihnya tidak terlihat oleh orang lain.

Keenam: Menyembunyikan tangisan

Sufyan Ats Tsauri mengatakan, “Tangisan itu ada sepuluh bagian. Sembilan bagian biasanya untuk selain Allah (tidak ikhlas) dan satu bagian saja yang biasa untuk Allah. Jika ada satu tangisan saja dilakukan dalam sekali setahun (ikhlas) karena Allah, maka itu pun masih banyak.”[14]

Dalam rangka menyembunyikan tangisnya, seorang ulama sampai pura-pura mengatakan bahwa dirinya sedang pilek karena takut terjerumus dalam riya’. Itulah yang dicontohkan oleh Ayub As Sikhtiyaniy. Ia pura-pura mengusap wajahnya, lalu ia katakan, “Aku mungkin sedang pilek berat.” Tetapi sebenarnya ia tidak pilek, namun ia hanya ingin menyembunyikan tangisannya.[15]

Sampai-sampai salaf pun ada yang pura-pura tersenyum ketika ingin mengeluarkan tangisannya. Tatkala Abu As Sa-ib ingin menangis ketika mendengar bacaan Al Qur’an atau hadits, ia pun pura-pura menyembunyikan tangisannya (di hadapan orang lain) dengan sambil tersenyum.[16]

Mu’awiyah bin Qurroh mengatakan, “Tangisan dalam hati lebih baik daripada tangisan air mata.”[17]

Ketujuh: Menyembunyikan do’a

‘Uqbah bin ‘Abdul Ghofir mengatakan, “Do’a yang dilakukan sembunyi-sembunyi lebih utama 70 kali dari do’a secara terang-terangan. Jika seseorang melakukan amalan kebaikan secara terang-terangan dan melakukannya secara sembunyi-sembunyi semisal itu pula, maka Allah pun akan mengatakan pada malaikat-Nya, “Ini baru benar-benar hamba-Ku.”[18]

Amalan-amalan apa saja yang mesti disembunyikan? [19]

Para ulama ada yang menjelaskan bahwa untuk amalan sunnah –seperti sedekah sunnah dan shalat sunnah-, maka lebih utama dilakukan sembunyi-sembunyi. Melakukan seperti inilah yang lebih mendekatkan pada ikhlas dan menjauhkan dari riya’. Sedangkan amalan wajib –seperti zakat yang wajib dan shalat lima waktu-, lebih utama dengan ditampakkan.[20]

Namun kadang amalan sholih juga boleh ditampakkan jika memang ada faedah, misalnya agar memotivasi orang lain untuk beramal atau ingin memberikan pengajaran kepada orang lain.

Al Hasan Al Bashri mengatakan, “Kaum muslimin sudah mengetahui bahwa amalan yang tersembunyi itu lebih baik. Akan tetapi amalan tersebut kadang boleh ditampakkan jika ada faedah.”

Yang pantas menampakkan amalan semacam ini agar bisa sebagai contoh atau uswah bagi orang lain adalah amalan para Nabi ‘alaihimus sholaatu wa salaam.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab: 21) Yang semisal dengan para Nabi yang pantas menjadi uswah (teladan) adalah para Khulafaur Rosyidin, pewaris Nabi yaitu ulama dan da’i serta setiap orang yang menjadi uswah (teladan).

Imam Al-Iz bin ‘Abdus Salam telah menjelaskan hukum menyembunyikan amalan kebajikan secara lebih terperinci. Beliau berkata, “Ketaatan (pada Allah) ada tiga:

Pertama: Amalan yang disyariatkan untuk ditampakkan seperti adzan, iqomat, ucapan takbir ketika shalat, membaca Qur’an secara jahr dalam shalat jahriyah (Maghrib, Isya’ dan Shubuh, pen), ketika berkhutbah, amar ma’ruf nahi mungkar, mendirikan shalat jum’at dan shalat secara berjamaah, merayakan hari-hari ‘ied, jihad, mengunjungi orang-orang yang sakit, dan mengantar jenazah, maka amalan semacam ini tidak mungkin disembunyikan. Jika pelaku amalan-amalan tersebut takut berbuat riya, maka hendaknya ia berusaha keras untuk menghilangkannya hingga dia bisa ikhlas dalam beramal. Sehingga dengan demikian dia akan mendapatkan pahala amalannya dan juga pahala karena kesungguhannya menghilangkan riya’ tadi, karena amalan-amalan ini maslahatnya juga untuk orang lain.

Kedua: Amalan yang jika diamalkan secara sembunyi-sembunyi lebih utama daripada jika ditampakkan. Contohnya seperti membaca Qur’an dengan sir (lirih) dalam shalat siriyah (zhuhur dan ashar, pen), dan berdzikir dalam solat secara perlahan. Maka dengan perlahan lebih baik daripada jika dijahrkan.

Ketiga: Amalan yang terkadang disembunyikan dan terkadang ditampakkan seperti amalan sedekah. Jika dia kawatir tertimpa riya’ atau dia tahu bahwasanya biasanya kalau dia nampakan amalannya dia akan riya’, maka amalan (sedekah) tersebut disembunyikan lebih baik daripada jika ditampakkan. Karena Allah Ta’ala berfirman,

وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ

“Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu.” (QS. Al Baqarah: 271)

Adapun orang yang aman dari riya’ maka ada dua keadaan sebagai berikut.

Pertama: Dia bukanlah termasuk orang yang jadi uswah (jadi contoh), maka lebih baik dia menyembunyikan sedekahnya, karena bisa jadi dia tertimpa riya’ tatkala menampakkan amalannya.

Kedua: Dia adalah orang yang jadi uswah, maka menampakan amalan –seperti amalan sedekahnya- lebih baik karena hal itu akan membuat lebih akrab dengan orang miskin dan dia pun bisa jadi uswah bagi orang lain. Dia telah memberi manfaat kepada fakir miskin dengan sedekahnya dan dia juga bisa mendorong orang-orang kaya untuk bersedekah pada fakir miskin karena mencontohi dia, dan dia juga telah memberi manfaat pada orang-orang kaya tersebut karena mengikuti dia beramal soleh.”

Termasuk point ketiga ini adalah menjahrkan atau mensirkan bacaan surat pada shalat malam (shalat tahajud). Yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah terkadang mengeraskan bacaan dan terkadang melirihkan bacaan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun pernah shalat ketika bersama Abu Bakr beliau memelankan suaranya dan ketika bersama Umar beliau mengeraskan suaranya. Suatu saat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memerintahkan Abu Bakr untuk mengeraskan suara dan memerintahkan ‘Umar untuk melirihkan suaranya.[21]

An Nawawi mengatakan, “Terdapat berbagai hadits yang menjelaskan keutamaan mengeraskan suara ketika membaca al Qur’an dan juga terdapat hadits yang menjelaskan keutamaan melirihkan bacaan. Dari sini, para ulama menjelaskan bahwa kompromi dari hadits-hadits tersebut yaitu: melirihkan bacaan jadi lebih utama pada orang yang khawatir tertimpa riya’. Jika tidak khawatir demikian, maka bacaannya boleh dikeraskan asalkan tidak mengganggu orang lain yang sedang shalat atau tidur.”[22]
Artikel ini masih berlanjut .

Di Antara Tanda Ikhlas: Berusaha Menyembunyikan Amalan Sholih (I)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِىَّ الْغَنِىَّ الْخَفِىَّ

“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, hamba yang hatinya selalu merasa cukup dan yang suka mengasingkan diri.”[1] Mengasingkan diri berarti amalannya pun sering tidak ditampakkan pada orang lain.

Ibnul Mubarok mengatakan, “Jadilah orang yang suka mengasingkan diri (sehingga amalan mudah tersembunyi, pen), dan janganlah suka dengan popularitas.”

Az Zubair bin Al ‘Awwam mengatakan, “Barangsiapa yang mampu menyembunyikan amalan sholihnya, maka lakukanlah.”

Ibrahim An Nakho’i mengatakan, “Kami tidak suka menampakkan amalan sholih yang seharusnya disembunyikan.”

Sufyan bin ‘Uyainah mengatakan bahwa Abu Hazim berkata, “Sembunyikanlah amalan kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan amalan kejelekanmu.”

Al Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan, “Sebaik-baik ilmu dan amal adalah sesuatu yang tidak ditampakkan di hadapan manusia.”

Basyr Al Hafiy mengatakan, “Tidak selayaknya orang-orang semisal kita menampakkan amalan sholih walaupun hanya sebesar dzarroh (semut kecil). Bagaimana lagi dengan amalan yang mudah terserang penyakit riya’?”

Imam Asy Syafi’i mengatakan, “Sudah sepatutnya bagi seorang alim memiliki amalan rahasia yang tersembunyi, hanya Allah dan dirinya saja yang mengetahuinya. Karena segala sesuatu yang ditampakkan di hadapan manusia akan sedikit sekali manfaatnya di akhirat kelak.”[2]

:: Contoh para salaf dalam menyembunyikan amalan mereka ::

Pertama: Menyembunyikan amalan shalat sunnah

Ar Robi bin Khutsaim –murid ‘Abdullah bin Mas’ud- tidak pernah mengerjakan shalat sunnah di masjid kaumnya kecuali hanya sekali saja.[3]

Kedua: Menyembunyikan amalan shalat malam

Ayub As Sikhtiyaniy memiliki kebiasaan bangun setiap malam. Ia pun selalu berusaha menyembunyikan amalannya. Jika waktu shubuh telah tiba, ia pura-pura mengeraskan suaranya seakan-akan ia baru bangun ketika itu. [4]

Ketiga: Bersedekah secara sembunyi-sembunyi.

Di antara golongan yang mendapatkan naungan Allah di hari kiamat nanti adalah,

وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ

“Seseorang yang bersedekah kemudian ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.”[5] Permisalan sedekah dengan tangan kanan dan kiri adalah ungkapan hiperbolis dalam hal menyembunyikan amalan. Keduanya dipakai sebagai permisalan karena kedekatan dan kebersamaan kedua tangan tersebut.[6]

Contoh yang mempraktekan hadits di atas adalah ‘Ali bin Al Husain bin ‘Ali. Beliau biasa memikul karung berisi roti setiap malam hari. Beliau pun membagi roti-roti tersebut ke rumah-rumah secara sembunyi-sembunyi. Beliau mengatakan,

إِنَّ صَدَقَةَ السِّرِّ تُطْفِىءُ غَضَبَ الرَّبِّ عَزَّ وَ جَلَّ

“Sesungguhnya sedekah secara sembunyi-sembunyi akan meredam kemarahan Rabb ‘azza wa jalla.” Penduduk Madinah tidak mengetahui siapa yang biasa memberi mereka makan. Tatkala ‘Ali bin Al Husain meninggal dunia, mereka sudah tidak lagi mendapatkan kiriman makanan setiap malamnya. Di punggung Ali bin Al Husain terlihat bekas hitam karena seringnya memikul karung yang dibagikan kepada orang miskin Madinah di malam hari. Subhanallah, kita mungkin sudah tidak pernah melihat makhluk semacam ini di muka bumi ini lagi.[7]

Keempat: Menyembunyikan amalan puasa sunnah.

Dalam rangka menyembunyikan amalan puasa sunnah, sebagian salaf senang berhias agar tidak nampak lemas atau lesu karena puasa. Mereka menganjurkan untuk menyisir rambut dan memakai minyak di rambut atau kulit di kala itu. Ibnu ‘Abbas mengatakan,

إِذَا كَانَ صَوْمُ أَحَدِكُمْ فَلْيُصْبِحْ دَهِينًا مُتَرَجِّلاً

“Jika salah seorang di antara kalian berpuasa, maka hendaklah ia memakai minyak-minyakan dan menyisir rambutnya.”[8]

Daud bin Abi Hindi berpuasa selama 40 tahun dan tidak ada satupun orang, termasuk keluarganya yang mengetahuinya. Ia adalah seorang penjual sutera di pasar. Di pagi hari, ia keluar ke pasar sambil membawa sarapan pagi. Dan di tengah jalan menuju pasar, ia pun menyedekahkannya. Kemudian ia pun kembali ke rumahnya pada sore hari, sekaligus berbuka dan makan malam bersama keluarganya.[9] Jadi orang-orang di pasar mengira bahwa ia telah sarapan di rumahnya. Sedangkan orang-orang yang berada di rumah mengira bahwa ia menunaikan sarapan di pasar. Masya Allah, luar biasa trik beliau dalam menyembunyikan amalan.

Begitu pula para ulama seringkali membatalkan puasa sunnahnya karena khawatir orang-orang mengetahui kalau ia puasa. Jika Ibrohim bin Ad-ham diajak makan (padahal ia sedang puasa), ia pun ikut makan dan ia tidak mengatakan, “Maaf, saya sedang puasa”.[10] Itulah para ulama, begitu semangatnya mereka dalam menyembunyikan amalan puasanya.

Wednesday, November 11, 2009

Penambangan Pasir Krakatau

Dirjen Perlindunga Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan, Darori, menantang masyarakat Lampung untuk membuktikan kebenaran penambangan atau pengambilan pasir yang dilakukan PT Ashco Unggul Pratama (AUP) di Gunung Anak Krakatau (GAK). Menurut Darori, setelah mendampingi Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan melihat kondisi GAK dari jarak dekat dengan helikopter, pihaknya tidak menemukan tanda-tanda penambangan atau pengambilan pasir di bibir pantai GAK.

"Kami tidak bisa sembarangan menuduh tanpa bukti. Kami pastikan pihak Dephut menyelidiki kasus ini. Namun kalau LSM di Lampung memiliki bukti kuat tentang penambangan pasir ini, ya, silakan laporkan kepada kami atau pihak berwajib" kata Darori saat menjadi pembicara Bincang Sabtu Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Lampung di Bandar Lampung, Sabtu (7-11).

Darori mengatakan foto-foto kapal dan pipa penyedot yang ditunjukkan Walhi pada acara tersebut tidak dapat dijadikan bukti kuat terjadi penyedotan pasir, apalagi dalam jumlah banyak. "Ya di foto itu kan tidak terlihat pasirnya. Apalagi kondisi alamnya juga tidak tampak berubah," kata Darori.

Darori menjelaskan GAK merupakan kawasan cagar alam. Dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 disebutkan cagar alam merupakan kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya memiliki ciri khas tumbuhan, satwa, dan ekosistem yang perlu dilindungi dan perkembangan cagar alam ini dibiarkan secara alami. Jadi, bila diketahui ada yang sengaja merusak kealamian bentang alam di GAK, dapat dikenakan sanksi kurungan hingga denda miliaran rupiah.

Mitigasi Krakatau

Di sisi lain, Ketua Tim Survei Mitigasi GAK Igan Sutawijaya meyakinkan dalam pengamatannya, pasir GAK merupakan pasir hitam biasa yang tidak mengandung besi atau partikel berharga lainnya. Jadi sama sekali tidak menguntungkan pengusaha. "Saya juga ikut mengawasi aktivitas PT AUP ini. Mereka tidak melakukan penyedotan dalam jumlah besar. Di GAK ini tidak ada pasir besi atau lainnya, hanya pasir biasa," ujarnya.

Kegiatan mitigasi harus dilakukan di sekitar gunung api sebagai langkah menghindari kemungkinan terburuk akibat aktivitas tiap gunung api. Apalagi, menurut dia, GAK merupakan salah satu gunung api yang banyak dikunjungi wisatawan nusantara dan mancanegara, sehingga mitigasi sangat diperlukan.

Igan menjelaskan Pemerintah Provinsi Lampung seharusnya mulai memikirkan upaya memaksimalkan potensi pariwisata GAK tanpa mengubah jati dirinya sebagai cagar alam. Lokasi yang sangat mungkin dikunjungi wisatawan menurutnya adalah bagian timur GAK. Sedangkan wilayah lainnya sangat rentan dialiri lava pijar.

Untuk melindungi wisatawan yang hendak mendaki GAK, menurut Igan, pemerintah harus membuat suatu saluran leleran lava sehingga tidak masuk ke area wisata GAK yakni di bagian timurnya. Namun, saluran leleran lava ini, kata Igan, tentu tidak murah. "Biayanya tentu tidak sedikit. Pemerintah mungkin bisa mengundang pihak swasta untuk terlibat dan menanamkan modalnya di sana," ujarnya. (Lampost, 8 November 2009)

Thursday, November 5, 2009

Rutinitas pagi

Sebagian orang berpendapat bahwa rutinitas adalah sesuatu yang membosankan, mungkin benar tapi sebenarnya juga tidak selalu seperti itu - ketika bermain dengan si kecil contohnya adalah sebuah rutinitas yang selalu ditunggu-tunggu. Melihat dia tertawa diselingi dengan tingkahnya yang lucu kadang membuat kita secara tidak sadar juga jadi tertawa hehe....lucu memang dan menggemaskan. Ketika pagi menjelang dia sudah tidak sabar untuk turun dari ranjang. kata dia, " tuyun mah..tuyun mah" maksudnya turun dari ranjang, mamahnya yang kecapekan sering bilang sama dia, "awas ntar ada tikung jarot lho", hehe dia kesel terus nangis, sudah gitu kita pasti bangun semua.

Pagi ini dia juga bangun pagi. Jam 05.00 pagi udah rewel minta keluar kamar, kalau sudah begini yang repot mamahnya karena mau gak mau harus ikut bangun, terus bilang dia "rahasia mah...rahasia mah"..maksudnya minta makanan kecil, ikut-ikutan istilah abangnya kalo minta makanan, kalau stok lg ngga ada biasanya  mamahnya  goreng telur..lumayan dia mau makan telor goreng kemudian baru ngajakain papahnya " pah..jayan-jayan..", hehe ..ngajakain jalan. Jalur yang dilewati biasa lewat jalan arjuna kemudian hayam wuruk masuk gang cemara terus pulang ke rumah. Alhamdulillah pagi ini dia mau jalan..bener2 jalan soalnya kadang-kadang kalo lg ngga mood dia pasti minta gendong.."endong pah..endong pah .." rengek dia. Tadi juga minta gendong tapi sama papahnya dibilangin kalo minta gendong itu bearti bukan jalan-jalan namanya, eh dia mau jalan..asyiikk..hebat jga dia sama sekali ngga digendong..mudah-mudahan jadi tambah pinter dan tumbuh sehat ya...rasyid...

Wednesday, November 4, 2009

Selalu Ikhlas

Setiap hari kita akan berhadapan dengan berbagai peristiwa yang terjadi dalam hidup yang bisa membuat kita bahagia atau kecewa. 
 
Sebenarnya tidak ada yang bisa membuat kita bahagia atau kecewa kecuali diri kita sendiri, dengan kata lain, kalau kita kecewa itu karena keputusan kita untuk kecewa, Karena kita memutuskan untuk menilai hal yang terjadi sebagai sesuatu yang mengecewakan. Jika kaita memutuskan untuk menilai hal yang terjadi sebagai sesuatu yang membahagiakan, maka kitapun akan bahagia.

Dan sebagai manusia kita diberikan kebebasan untuk memilih..

Bercita-citalah besar dan berfikirlah maju, kita semua tidak diciptakan untuk menjadi orangkalah, namun diciptakan sebagai wakil Allah di muka bumi untuk memberikan kemajuandan kesejahteraan. Setiap langkah yang dibuat di permukaan bumi, haruslahmerupakan langkah-langkah kemenangan. Ingat, Allah SWT berada sedekat dengan urat nadi kita.

Allah tak ingin kita jatuh, namun Allah ingin kita berhasil !!!

Mari kita ubah kegelisahan dengan kedamaian dan kita ganti ketakutan dengan kasih sayang, dengan memanfaatkan segenap kekuatan fitrawi kita dan menyerahkan hasilnya pada Allahbiarlah hanya Allah yang menjadi referensi utama kita. Dan kita semua tahu, tak ada yang tak mungkin bagi Allah..

Tetap semangat !!!
Senantiasa Ikhlas di setiap peran dan hasil..
Allah yang Maha Agung menunggu kemenangan kita, karena Allah SWT begitu mencintai kita..

Ya Allah, jadikanlah kami, hamba-hamba yang selalu mendekat kepada-Mu, yang selalu rindu kepada-Mu, yang selalu bershalawat untuk Rasul SAW, Amiin..

'azzam :: Oase - Selalu Ikhlas di Setiap Peran oleh Jihan Ristiani

Welcome to My Blog

AWW...

Sebuah keinginan untuk terus belajar tentang arti hidup dan kehidupan dengan segala variannya. Kadang kita merasa begitu tidak bearti ketika dihadapkan sebuah kenyataan..haru biru kehidupan coba saya rekam dalam blog ini baik dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Mudah-mudahan bermanfaat bagi saya sendiri dan juga teman-teman yang membaca. WWW